Kesempurnaan Diri Manusia Jawa
Untuk mencapai kesempurnaan itu menyelaraskan kelahiran manusia dan spiritual. Setelah yang lahir dengan Tatakrama dan Etika. Untuk mengendalikan "diri" batin, keegoisan dan keinginan.
Usaha adalah “perilaku”, tindakan yang harus dilaksanakan untuk mencapai hakikat “ilmu”, kesempurnaan, dan pemahaman akan kebenaran hidup.
Puncak kesempurnaan menyatu dengan Tuhan, dalam bahasa Jawa (manunggaling kaula gusti). Dalam pergaulan harus tahu “trik”, dalam “rasa”, isyarat, sapaan, tersirat dalam perilaku orang lain, rasa santun, berhati-hati agar tidak menimbulkan kesan jelek atau menyakiti hati orang lain.
Orang yang tidak mengatur pikirannya adalah : tidak terkendali perkataannya, jika ingin berbicara sendiri, tidak mau berkata bodoh, selalu mencari pujian orang lain, tidak mau kalah seperti diri sendiri ingin menang.
Guru, yang lahir dengan puasa (hindari makan dan tidur), menyendiri, untuk mencapai hati yang bersih dan pikiran yang hening karena diam dalam kepedulian orang dapat menyatu dengan Tuhan.
Oleh karena itu, orang beragama harus tahu, bagaimana bertindak terhadap sesama dan terhadap Tuhan, harus berdamai dengan Tuhan dan sesama.
hening hening sarira ening, menep wening sajroning ati..
ReplyDeleteenggeh.........
ReplyDelete