Gunung Puncak Carstensz Pyramid
Carstensz Pyramid (4.884 mdpl) merupakan satu dari tujuh puncak terkenal di dunia.Carstenz berasal dari nama seorang penemu gunung ini yang bemama Yan Carstenz dari Eropa Barat. Gunung ini ditemukan pada tahun 1623. Saat itu Carstenz melihat jajaran pegunungan bersalju dari arab tenggara New Guinea. Namun kabar tersebut baru dapat dibuktikan hampir tiga abad kemudian oleh ekspedisi Belanda yang membuat peta Irian pada tabun 1899. Sebagai penghormatan, nama Carstenz dijadikan sebagai nama puncak tertinggi pada daratan Pegunungan Sudirman. Selain itu, banyak juga puncak yang terdapat di sekelilingnya seperti puncak Sarwo Edhie, puncak Jayakesuma, puncak Sumantri, puncak Soekarno (4826 mdpl), puncak Carstenz Tengah, dan puncak Carstenz Timur. AKSES KE SANA Puncak Carstenz dapat ditempuh dari dua route, yakni route Pertambangan Tembagapura yang merupakan route normal dan route dinding utara yang memanjat, yakni Illaga. Jika pendakian dilakukan dari Tembagapura, maka pendaki dapat memulainya dari Jayapura menuju Timika. Sedangkan menuju base camp Illaga dapat ditempuh dari Biak menuju Nabire yang kemudian dilanjutkan menuju Illaga. Dengan menggunakan pesawat kecil berjenis Twin Otter yang mempunyai jadwal penerbangan seminggu sekali, sepanjang perjalanan pendaki akan melewati Terowongan Angin yang mempunyai tekanan angin cukup kencang. Selain dari kedua akses tersebut, pendaki dapat juga menempuhnya melewati Begoa. Dari ketiga akses tersebut hampir semuanya memungkinan pendakian sepanjang tahun. Tantangan pendakian yang pasti adalah hujan kabut, badai, serta angin kencang. Waktu ideal pendakian adalah saat bulan purnama, karena akan pemandangannya yang eksotis. Tidak disarankan untuk melakukan pendakian pada musim hujan,yang tentu saja akan lebih sulit sebab seluruh akses menuju base camp akan terhambat, khususnya berkaitan dengan jadwal penerbangan pesawat Biak-Nabire-Ilaga. Dianjurkan kepada para pendaki untuk meminum obat anti malaria (pil Kina ataupun tablet Rosequin) 2 minggu sebelum pendakian. TEMBAGAPURA - LEMBAH DANAU-DANAU Tembagapura atau yang dikenal dengan nama Freeport adalah sebuah kota kecil yang modern dan berada di ketinggian 1800 mdpl. Di daerah ini segala sesuatu tentang persiapan pendakian harus telah benar-benar dipersiapkan, khususnya tentang biaya porter. Karena sering terjadi masalah tentang kesepakatan harga. Jika lancar, perjalanan menuju Lembah Danau-Danau dapat ditempuh selama 2-3 hari. Pada perjalanan pertama, pendaki akan melewati pertambangan Freeport Tembagapura dengan menggunakan fasilitas cable car atau kereta gantung yang mencapai ketinggian 3600 mdpl. Dari pos Ayam Hitam pendakian mulai dilakukan, hingga Lembah Danau-Danau. ILLAGA - LEMBAH DANAU-DANAU Illaga merupakan sebuah kecamatan yang berpenduduk 6500 jiwa. Daerah ini masuk ke dalam wilayah Kabupaten Paniai. Perjalanan dari Illaga menuju Tembagapura memakan waktu sekitar satu minggu. Dari sini pendaki dapat mencek segala persiapan pendakian, khususnya mengenai tarif porter. Perjalanan dari Illaga ke Lembah Danau-Danau merupakan perjuangan berat dan sangat melelahkan, meskipun jalannya tidak terlalu menanjak. Pada hari pertama, medan tidaklah terlalu berat, selain itu pendaki masih dapat menemui beberapa penduduk pedalaman. Pada malam pertama ini pendaki dapat menginap di daerah yang bernama Kama. Demikian pula hari kedua dan ketiga, medan masih menyerupai hari pertama. Pada malam kedua pendaki dapat menginap di daerah dataran tinggi, dimana vegetasi di sekitarnya merupakan tumbuhan Pakis Gunung. Sedangkan pada malam ketiga pendaki dapat menginap di Sungai Aminggameh yang berukuran cukup besar dengan aliran yang deras. Setelah memasuki hari ketiga pendaki akan melintasi tujuh buah sungai. Medan selanjutnya berlumpur dan berawa yang menuntut usaha yang ekstra keras. Disini pendaki akan melewati lumpur yang dalamnya semata kaki. Tak jarang pendaki terperosok karena rata-rata rawa tersebut tertutup oleh ilalang yang lebat. Di daerah ini hujan sering turun bercampur angin dingin bertiup kencang. Di tengah perjalanan pendaki akan melewati daerah bernama Komalama Nikimeh, yang berbatu-batu tajam. Jika pada hari keenam cuaca cerah, perjalanan akan cukup menggembirakan karena tampak di kejauhan hamparan salju menyelimuti Pegunungan Sudirman, ditimpa sinar matahari pagi dengan sinar keemasan. Pada hari keenam ini pendaki mulai mendaki perbukitan yang cukup menanjak dan becek. Lintasan akan semakin berat ketika pendaki hendak mencapai Danau Gibi. Tanjakannya sangat curam dan super becek. Dibutuhkan sekitar 1 jam agar pendaki bisa keluar dari daerah itu. Begitu keluar dari daerah ini, pendaki akan tiba di Danau Larson yang dekat dengan kaki puncak Sumantri dan puncak Jaya. Dari sini pendakian tinggal membutuhkan waktu 5 jam lagi untuk mencapai Lembah Danau -Danau. Namun sebelumnya, pendaki harus melewati dataran tertinggi di New Zealand Pass. Pada hari ketujuh sejak dari Illaga, pendaki akan tiba di Lembah Danau-Danau, yang letaknya diapit Pegunungan Sumantri dan Jaya. Sepanjang perjalanan menuju Lembah Danau-Danau pendaki akan menyeberangi sungai sebanyak lima belas kali, enam di antara sungai tersebut cukup berkelok seperti Sungai Arninggameh. Lintasan ini merupakan lintasan tradisional penduduk pedalaman yang hendak mencari garam. LEMBAH DANAU-DANAU - PUNCAK CARSTENZ Lembah Danau-Danau berada di ketinggian 4200 mdpl. Daerah ini berada di sebuah lembah yang terdapat danau-danau yang mengandung gletser, yang dijadikan sebagai base camp bagi para pendaki. Secara geomorfologi danau yang tertinggi di Indonesia ini menampakkan ciri khas sebagai danau batuan Karst. Dari Lembah Danau-Danau ini pendaki dapat melakukan Aklimatisasi terhadap cuaca demi menghindari penyakit ketinggian (Accute mountain sickness). Aklimatisasi yang ini dilakukan selama kira-kira 2-5 hari. Menuju puncak dibutuhkan waktu kira-kira 12-15 jam pendakian. Adapun aklimatisasi yang dapat dilakukan adalah mengitari daerah Lembah Kuning, Teras Besar, Glacier Puncak Jaya, Middle Peak, dan sekitarnya. Untuk menuju puncak Jaya pendaki harus berjalan ke sisi Utara. Dari Lembah Danau-Danau membutuhkan waktu 6 jam untuk sampai di kaki Gunung Jaya. Setelah beristirahat semalam di Danau Larson, pagi-pagi sekali pendaki harus mulai bergerak lagi menuju kaki tebing. Jalannya berbatu dan melewati aliran air. Sepanjang lintasan yang licin dan basah, pendaki diharuskan waspada. Pengaman sisip (hock) dan pasak batu (piton) merupakan kewajiban yang harus dipasang. Jika kabut tebal di sepanjang lintasan, pendaki dapat kembali ke tenda dan pendakian dimulai lagi keesokan harinya. Untuk mencapai puncak Jaya pendaki harus melalui medan yang dipenuhi tebing dengan permukaan bebatuan yang mudah lepas. Menuju Carstensz Pyramid lewat route normal memang tak gampang. Badai salju dan terpaan hujan es akan selalu mengiringi langkah pendaki. Situasi tersebut semakin sulit ketika pendaki harus memanjat tebing sepanjang +/- 30 m dengan grade 5,8, tidak jauh dari Lembah Kuning yang merupakan Kemah induk selanjutnya. Dari sini tampak dinding raksasa menjulang +/- 600 m, seakan menyentuh langit. Carstenzs Pyramid terkesan seram, dengan kabut menyelimuti hamparan batu yang luas. Angin lembab yang bertiup kencang dan kristal-kristal es turun menambah seramnya daerah Lembah Kuning ini. Dari lembah kuning perjalanan dilanjutkan menuju Teras Kecil, yang menjadi titik awal pemanjatan. Permukaan tebingnya nyaris rata, karena minimnya cacat batuan. Hal ini mengakibatkan hampir tak ada tempat untuk memasang pengaman, pijakan dan pegangan. Untuk sampai di pitch (satu tahap pemanjatan dengan satu gulung tali sepanjang +/- 50m) diperlukan suatu kerja keras dan kewaspadaan bagi para pendaki. Teras Besar merupakan camp sesudah Teras Kecil. Letaknya di tepi tebing yang dasarnya sekitar +/- 250 m. Jika cuaca buruk para pendaki dapat menginap di daerah ini, agar esok hari dapat mempersiapkan pendakian menuju puncak Carstensz Pyramid. Ini pendakian terakhir. Demi ringannya dalam melakukan summit attack, sebaiknya pendaki hanya membawa sweater dan jaket anti angin (wind breaker) serta beberapa barang yang sangat urgent lainnya. Pada perjalanan ini pendaki akan melewati tebing menggantung menyerupai atap (over hang), sehingga pengaman harus terpasang pada permukaan tebing yang memiliki dasar 300 m. Tantangan ini akan memacu adrenalin pendaki untuk selalu waspada, karena setiap saat maut siap menanti tubuh yang masih menggelantung. Beberapa meter menjelang puncak, pendaki akan kembali dihadapkan pada sebuah tebing berbentuk slab (dengan kemiringan 75 -80°), yang panjang dengan arakteristik pegangan tajam dan mudah. Untuk melampauinya pendaki harus berhasil dalam menempuh pitch demi pitch. Setelah itu pendaki akan tiba di puncak Carstenz Pyramid, sebuah puncak atau atap Indonesia yang sering diidam-idamkan bagi setiap pendaki. Setelah menjejakkan kaki di puncak ini pendaki dapat melakukan pendakian secara maraton ke puncak Jaya, puncak Sumantri Brojonegoro, dan puncak Carstensz Timur. Puncak Sumantri dapat ditempuh melalui celah dekat New Zealand Pass, lewat sisi timur. Medannya relatif terjal (70°), yang memaksa pendaki berjalan dengan bantuan tangan (scrambling) sebagai penyeimbang. Lepas dari tanjakan berat, pendaki masih menuju kaki gletser atau Pegunungan Es Sumantri. Perjalanan sering terhambat jika cuaca buruk seperti di area sebelum gletser. Kabut, hujan dan Badai salju sering menghajar para pendaki. Setelah memasuki daerah Gletser pendaki akan menyusuri Pegunungan Sumantri - Jaya menuju Saddle. Sejam kemudian pendaki akan menjejakkan kaki di puncak Sumantri. Setelah itu perjalanan dapat langsung menuju puncak Jaya. Jalannya relatif lebih landai dibandingkan jalur menuju puncak Sumantri. Puncak Jaya yang berupa padang es dan relatif datar, dapat dicapai dalam waktu 1 jam. Dari puncak ini tampak Danau Larson, tebing Carstensz Pyramid, puncak Carstensz Timur, danjuga bukit tambang Freeport. |
Post a Comment for "Gunung Puncak Carstensz Pyramid"